KUNINGAN – Puncak acara Peringatan Pendidikan Nasional di Kabupaten Kuningan dimeriahkan ribuan pelajar dengan memainkan angklung.
Angklung ini ternyata sebagai warisan Kabupaten Kuningan berasal dari Kelurahan Citangtu.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kuningan, U. Kusmana, menyampaikan Gebyar Angklung ini tidak hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan budaya asli Kuningan, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan semangat gotong royong dalam pendidikan.
“Dengan melibatkan ribuan pelajar, kami berharap dapat menanamkan rasa bangga terhadap budaya lokal yang sudah mendunia. Sekaligus memotivasi semangat belajar,” ungkap Uu.
Selain Gebyar Angklung yang dilaksanakan di Halaman Komplek KIC ini, juga ada Gerak Jalan diikuti ribuan peserta, Uu menyebutkan ada beberapa kegiatan telah dilaksanakan, seperti Lomba Cerdas Cermat Jenjang SD, Workshop Guru PAUD, Panen Karya Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 9, Lomba Cerdas Cermat SMP, Upacara Hardiknas, Gebyar PAUDku. Masih ada yang akan dilaksanakan, yaitu Wisuda Tahfidz Al-Qur’an Juz dan Seminar Pendidikan.
“Melalui gerakan “Beu Sakola dan Ngamulule Angklung Beu,” mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Kami ingin mewujudkan semangat belajar yang menyenangkan dan membanggakan, seperti halnya angklung, warisan budaya dunia asal Kuningan,” jelas Uu.
Sementara itu, Pj Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat ,menyampaikan bahwa angklung itu sumbamgsih terbesarnya dari Kuningan. Angklung Diatonis tercipta dan hadir atas kolaborasi dari Pak Kutjit dan Pak Daeng. Kebersamaan dalam menghadirkan nada-nada yang mengharumkan nama bangsa yang sudah menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2010.
Menurut Iip, poin penting dari kegiatan Hardiknas ini adalah bagaimana angka rata-rata anak melanjutkan pendidikan bisa naik. Selain itu, media silaturahmi dan kolaborasi dengan semua pihak menuju Kuningan sebagai kabupaten pendidikan.
“Bahkan saat ini sedang merintis yang namanya kurikulum muatan lokal bagaimana merawat, ngaruat, ngarumat Gunung Ciremai,” kata Iip
Sementara itu, Sekda Kuningan Dian Rachmat Yanuar, mengatakan, bahwa keberadaan angklung menjadi ciri khas Kabupaten Kuningan. Karena terkait dengan sejarah, bagaimana transformasi angklung dari nada pentatonis menjadi diatonis lahirnya di Kuningan berkat maestro angklung Pak Kutjit (Kuwu Citangtu) dengan Pak Daeng.
“Ini akan menjadikan nafas bagi kita agar terus melestarikan tradisi angklung yang mempunyai nilai budi luhur sebagai kearifan lokal yang sudah mendunia. Mencintai Angklung, tak ubahnya mencintai alam, mencintai tradisi. Nah ini sebagai dasar kita bagaimana meyakinkan tekad, bahwa Kuningan adalah betul menjadi bagian sejarah dari perkembangan angklung,” jelas Dian
Dian mengatakan, sebagai generasi penerus tidak boleh lepas dari sejarah, angklung harus tetap menjadi sebuah kekuatan bagaimana anak-anak mengenal dan menyukai warisan tersebut.
“Moal apal bakal, Mun teu apal asal, inilah asal mu asal angklung. Gebyar Angklung ini menjadi bagian menjaga dan merawat tradisi budaya Kuningan,” ungkap Dian yang juga perintah agenda festival angklung di Kabupaten Kuningan beberapa tahun lalu. (red)