KUNINGAN – Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan diminta serius dalam menangani HIV/AIDS di Kabupaten Kuningan, khususnya alokasi anggaran untuk penanggulangan secara komprehensif.
Hal tersebut disampaikan Asep Susan Sonjaya Suparman sekali Pengiat Kemanusiaan dan HIV/AIDS. Rabu (20/3).
Menurut Asep Papay sapaan akrab Asep Susan Sonjaya Suparman bahwa penemuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kuningan tiga tahun terakhir mengalami kenaikan signifikan.
“Pada tahun 2021 ditemukan 132 kasus, tahun 2022 sebanyak 165 kasus dan tahun 2023 pada Januari sampai dengan Desember sebanyak 170 kasus baru. Itu data dari Dinas Kesehatan. Dan jumlah kumulatif HIV AIDS di Kabupaten Kuningan mencapai 1130 kasus,” ungkap Asep Papay.
Dengan data kasus yang tersaji ini, dikatakan Asep Papay, harus menjadi perhatian bersama, karena HIV AIDS tidak hanya bicara kesehatan saja tetapi kompleksitas dari berbagai sisi.
“Semua harus kondusif mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dan ini semua membutuhkan anggaran penanggulangan yang berkelanjutan untuk mencapai kondisi ideal three zero HIV/AIDS pada tahun 2030,” ungkap Asep papay.
Three zero itu, lanjut Asep Papay, adalah menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV, menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan meniadakan diskriminasi.
Peran serta relawan dan LSM penggiat HIV AIDS seperti LSM PETIK di kabupaten Kuningan, menurut Asep Papay, harus diapresiasi dengan support anggaran dari pemerintah daerah, karena mereka bisa bersinergi selama 12 tahun dan berkontribusi pada proses penanggulangan HIV serta SPM Kabupaten Kuningan.
“Makana sok aneh ari anggaran lain gede naha anggaran HIV leutik, kadangkala teu dianggarkeun sama sekali,” ungkap Asep Papay. (red)