KUNINGAN – Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, M.Si menekankan pentingnya pelestarian mata air, saat berkunjung ke Sumur Tujuh Cikajayaan.
Kunjungan ini dilakukan usai membuka kegiatan Gerakan Pangan Murah yang diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) di Desa/Kecamatan Pasawahan.
Bupati Dian yang didampingi Wakil Bupati Kuningan, Hj. Tuti Andriani menegaskan bahwa menjaga dan merawat mata air sangat penting bagi kelestarian lingkungan.
“Jika kita menjaga alam, maka alam pun akan menjaga kita. Semoga kita semua dapat merawat limpahan alam, terutama mata air, sebagai anugerah yang diberikan Allah SWT,” ujar Dian
Saat di lokasi, Dian menuturkan, disini airnya jernih mengalir, menciptakan alunan alami yang menenangkan. Pepohonan besar dengan dedaunan lebat menaungi, memberikan kesejukan yang mendalam.
“Kicauan burung berpadu dengan gemericik air, menambah kesan suasana yang damai dan bikin betah. Airnya jernih banget dan bikin adem,” kata Dian
Sumur Tujuh Cikajayaan, menurut Dian, merupakan salah satu situs mata air bersejarah di Kabupaten Kuningan yang memiliki nilai budaya. Keberadaan sumber mata air ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat.
Oleh karena itu, Dian mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya air tersebut. Ia juga menekankan bahwa upaya pelestarian mata air harus diterapkan di semua desa di Kabupaten Kuningan.
““Mata air bukan hanya menopang kebutuhan saat ini, tetapi juga bagi generasi mendatang. Pelestarian sumber daya air harus menjadi tanggung jawab bersama agar kelangsungan hidup dan ekosistem tetap terjaga keseimbangnnya,” kata Dian
Kunjungan Bupati dan Wakil Bupati juga menjadi moment berdiskusi dengan Kepala Desa setempat dan juru kunci Sumur Tujuh Cikajayaan, Didi Sumardi, yang akrab disapa Abah Otong. Dalam pertemuan tersebut, dibahas rencana penataan lokasi agar lebih alami dan nyaman bagi pengunjung.
Menurut Abah Otong, Sumur Tujuh Cikajayaan merupakan petilasan tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Kuningan dan sekitarnya.
“Di sini dulunya ada Mbah Si Kajayaan, seorang wali dari Kacirebonan. Karena wilayah ini dulu masuk dalam Kacirebonan, maka petilasan ini menjadi bukti bahwa wali penyebar agama Islam telah sampai di Desa Pasawahan,” ungkap Abah Otong.
Abah Otong menambahkan bahwa masyarakat Pasawahan menerima syiar Islam secara langsung dari para wali. Hingga kini, petilasan tersebut menjadi sumber penghidupan bagi warga sekitar.
“Alhamdulillah, saya dipercaya oleh sesepuh Desa Pasawahan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan yang ada di Sumur Tujuh Cikajayaan,” ujarnya.
Dikatakan Abah Otong, mata air di sini jernih dan bermanfaat bagi warga sekitar. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, air ini juga digunakan untuk membersihkan diri, termasuk bersuci. Namun, semuanya kembali kepada keyakinan dan pribadi masing-masing.
“Sumur Tujuh Cikajayaan menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi. Lokasinya dari Kota Kuningan, perjalanan menuju lokasi ini memakan waktu sekitar 45 menit, sedangkan dari Kota Cirebon sekitar satu jam lebih,” jelas Abah Otong. (red)